CJR PSIKOLOGI I


BAB I
PENDAHULUAN

Pada penulisan critical jurnal review ini, saya memilih untuk mengkritik jurnal yang berjudul “Tinjauan Konsep Diri dan Dimensinya pada Anak dalam Masa Kanak-Kanak Akhir”. Alasan saya memilih judul ini adalah karena saya sebagai calon seorang guru, saya harus bisa membuat konsep diri kepada siswa saya. Jangan hanya diri saya sendiri yang mempunyai konsep diri, tetapi siswa saya juga harus saya buat konsep diri mereka.
Selain itu, konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkanya sadar akan keberadaan dirinya.Perkembangan yang langsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diriindividu yang bersangkutan. Perasaan induvidu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang iya miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung pada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugassebagai suatu hal yang sulit untuk dilakukan, maka dari itu sengatlah penting untuk seseorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami orang lain.

BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal
1.      Judul                           : Tinjauan Konsep Diri dan Dimensinya pada Anak dalam Masa Kanak-Kanak Akhir
2.      Penulis                        :  1. Beatriks Novianti Kiling
   2. Indra Yohanes Kiling
3.      Penerbit                      :  Universitas Nusa Cendana
4.      Email penulis              : 1. boenga.eve@gmail.com
  2. iykiling@gmail.com
5.      Jumlah halaman        : 9 halaman
6.      Tahun terbit               : 2015
7.      ISSN                            : 2443-2202
8.      Volume                       : Vol.1 No.2

B. Ringkasan Jurnal
1. Pendahuluan
Pembahasan mengenai konsep diri sudah dibicarakan sejak para filsuf mulai bertanyatanya mengenai “diri”. William James, salah satu pelopor psikologi (Mussen dkk., 1979) mencoba menguraikan perbedaan dari “diri” yang menjadi sumber dikotomi. James membedakan diri menjadi dua komponen yaitu “aku objek” (me) dan “aku subjek” (I). “Aku objek” adalah keseluruhan diri seseorang yang dapat disebut miliknya, termasuk didalamnya kemampuan, karakteristik sosial dan kepribadian, serta kepemilikan materi. “Aku subjek” adalah diri sebagai yang mengetahui. “Me” dan “I” adalah diri global yang berlangsung bersamaan (Burns, 1979). Mereka merupakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu kesatuan yang sama; pembedaan antara pengalaman yang murni (I) dan isi pengalaman (Me); antara pengenal dan yang dikenal.
Menurut James diri ini terdiri dari empat (4) komponen, yaitu: 1) Diri spiritual; 2) Diri
kebendaan; 3) Diri sosial dan 4) Diri badaniah. Diri spiritual menyangkut kepuasan terhadap apa yang telah kita lakukan, bukan terhadap apa yang kita punyai. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan yang kita lihat sebagai bagian dari kita. Diri sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain. Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial yang berbeda-beda, sebanyak individu-individu dan group-group yang dianggap penting. Diri badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah berkaitan dengan kondisi fisik seseorang, seperti tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung atau pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau keriting.
2. Kajian Teori
a. Pengertian Konsep Diri
Pengertian   konsep   diri  adalah   sebuah   struktur   mental   yang   merupakan suatu   totalitas   dari   persepsi   realistik,   pengharapan,   dan   penilaian   seseorang terhadap   fisik,   kemampuan   kognitif,   emosi,   moral   etika,   keluarga,   sosial, seksualitas,   dan   dirinya   secara   keseluruhan.   Struktur   tersebut   terbentuk berdasarkan   proses   belajar   tentang   nilai,   sikap,   peran,   dan   identitas   dalam hubungan interaksi simbolis antara diri dengan berbagai kelompok lingkungan asuh   selama   hidupnya.   Sehingga   dapat   dikatakan   bahwa   konsep   diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial   maupun   psikologis   yang   diperoleh   melalui   interaksinya   dengan lingkungan.
b. Komponen Konsep Diri
1.      Citra Tubuh (Body Image)
2.      Ideal Diri (Self Ideal)
3.      Harga Diri (Self esteem)
4.      Peran (Self Rool)
5.      Identitas Diri (Self Idencity)
c. Dimensi Konsep Diri
1.      Pengetahuan tentang diri sendiri
2.      Harapan terhadap diri sendiri
3.      Evaluasi diri sendiri
d. Aspek Konsep diri
1.      Diri fisik (physical self)
2.      Diri moral-etik (moral-ethical self)
3.      Diri pribadi (personal self)
4.      Diri keluarga (family self)
5.      Diri sosial (sosial self)

3.  Metode Penelitian
Apek konsep diri. Konsep diri terbagi atas beberapa bagian. Atwater dalam Puspasari (2007), mengolongkannya dalam lima bagian setelah melakukan penelitian panjang tentang konsep diri, yaitu pola pandang diri subjektif (subjective self), bentuk dan bayangan tubuh (self image), perbandingan ideal (the ideal self), pembentukan diri secara sosial (the social self) dan skala-skala konsep diri.
4.  Pembahasan
Uraian-uraian mengenai konsep diri diatas, semuanya mengarahkan konsep diri
kepada hal-hal yang berkaitan dengan individu itu sendiri, yang didalamnya mencakup pandangannya terhadap dirinya, apa yang ia peroleh dari hasil evaluasinya terhadap yang orang lain lakukan, katakan terhadap dirinya. Hasil dari apa yang ia ketahui, yang ia harapkan dan ia evaluasi itu dapat berupa fisik, emosi, sosial maupun spiritual. Konsep diri akan dikupas lebih lanjut dalam tulisan ini dalam konteks anak.
5. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Relavansi Antara Topik Jurnal dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
            Adapun relavansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian penulis adalah terdapat relavansi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis, dimana pada identitas jurnal tertera Beatriks Novianti Kiling dan Indra Yohanes Kiling merupakan akademis dari Fakultas Psikologi Universitas Nusa Cendana.

B. Pokok-Pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan
Pokok-pokok argumentasi penulis di dalam pendahuluan adalah sebagai berikut:
1. Menurut James diri ini terdiri dari empat 4 komponen
yaitu: 1) Diri spiritual; 2) Dirikebendaan; 3) Diri sosial dan 4) Diri badaniah.Diri spiritual menyangkut kepuasan terhadap apa yang telah kita lakukan, bukan terhadap apa yang kita punyai. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan yang kita lihat sebagai bagian dari kita. Diri sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain. Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial yang berbeda-beda, sebanyak individu-individu dan group-group yang dianggap penting. Diri badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah berkaitan dengan kondisi fisik seseorang, seperti tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung atau pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau keriting.
2. Rogers dalam Burns (1979) mendefenisikan konsep diri sebagai kesadaran yang tetap
mengenai pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan Aku dan membedakan
aku dari yang bukan aku. Menurutnya dalam Hurlock (1999), membagi konsep diri menjadi dua bagian yaitu konsep diri sebenarnya/ rill dan konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan. Rogers (Alwisol, 2012) mengenalkan dua konsep lagi untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, yaitu incorgruence dan congruence. Incongruence adalah ketidak cocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin, sedangkan congruence berarti situasi yang merupakan pengungkapan pengalamandiri dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral dan sejati. Menurutnya pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat.
3. Ada dua jenis konsep diri negatif (Calhoun & Acocella, 1990)
Pertama, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, dia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dia benarbenar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Kedua, konsep dirinya hampir merupakan lawan dari yang pertama. Disini konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain terlalu kaku. Mungkin karena dididik dengan sangat keras, individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat huku besi yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Tipe ini menerima informasi baru sebagai ancaman dan menjadi sumber kecemasan. Berkaitan dengan evaluasi diri, konsep diri yang negatif menurut defenisinya
meliputi penilaian negatif terhadap diri. Apapun yang dilakukan tidak memberi kepuasan
terhadap dirinya. Apapun yang diperolehnya tampaknya tidak berharga dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain.
C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori
a. Komponen Konsep Diri
1.      Citra Tubuh (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sudeen, 1991).Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerimastimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan danmulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individumemandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspekpsikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya menerima danmengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar darirasa cemas dan meningkatkan harga diri.
2.      Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart & Sudeen, 1991). Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada idrinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
3.      Harga Diri (Self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sudeen, 1991). Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.
4.      Peran (Self Rool)
Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat, 1992). Peran yang ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
5.      Identitas Diri (Self Idencity)
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin.
b. Dimensi Konsep Diri
1.      Pengetahuan tentang diri sendiri
Dimensi   pertama   dari   konsep   diri   adalah   apa   yang   kita   ketahui tentang   diri   kita.   Biasanya   hal   ini   menyangkut   hal-hal   yang   bersifat dasar   seperti:   usia,   jenis   kelamin,   kebangsaan,   latar   belakang   etnis, profesi dan sebagainya.
2.      Harapan terhadap diri sendiri
Ketika seseorang berpikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang sama   ia   akan   berpikir   akan   menjadi   apa   dirinya   di   masa   yang   akan datang   prinsipnya,   setiap   orang   memiliki   harapan   terhadap   dirinya sendiri. Harapan akan dirinya sendiri merupakan diri ideal
3.      Evaluasi diri sendiri
Penilaian   dan   evaluasi   antara   pengharapan mengenai   diri seseorang
dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga diri yang berarti seberapa besar orang menyukai
dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri     ini     di     sebut     harga     diri (self   esteem),     yang     mana akan menetukan seberapa jauh seseorang akan menyuaki dirinya
c. Aspek Konsep diri
1.      Diri fisik (physical self)
Aspek   ini   menyangkut   persepsi   seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik
2.      Diri moral-etik (moral-ethical self)
Aspek   ini   merupakan   pesepsi seseorang   terhadap   dirinya   dilihat   dari   standar   pertimbangan   nilai moral   dan   etika.
3.      Diri pribadi (personal self)
Aspek   ini   merupakan   perasaan   atau persepsi   seseorang   tentang   keadaan   pribadinya.
4.      Diri keluarga (family self)
Aspek ini menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.
5.      Diri sosial (sosial self)
Aspek   ini   merupakan   penilaian   individu terhadap   interaksi   dirinya   dengan   orang   lain   maupun   lingkungan sekitarnya
D. Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relavansinya
Apek konsep diri. Konsep diri terbagi atas beberapa bagian. Atwater dalam Puspasari (2007), mengolongkannya dalam lima bagian setelah melakukan penelitian panjang tentang konsep diri, yaitu pola pandang diri subjektif (subjective self), bentuk dan bayangan tubuh (self image), perbandingan ideal (the ideal self), pembentukan diri secara sosial (the social self) dan skala-skala konsep diri.
E. Kerangka Berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan
Hal senada dikemukakan Burns (1979), namun Burns membedakannya dalam 4 sumber pembentukan konsep diri, yaitu diri fisik dan citra tubuh, bahasa, umpan balik dari lingkungan dan pola asuh.
a) Diri fisik dan citra diri
Merupakan evaluasi terhadap kondisi fisiknya. Bagi Burns (1979) bentuk tubuh, penampilan dan ukuran tubuh merupakan hal yang penting dalam menjelaskan perubahan konsep diri seseorang. Stuart dan Sudden (dalam Salbiah, 2003) mendefenisikan citra diri sebagai sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini menyangkut persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.
b) Bahasa
Menurut Burns (1979), kepentingan bahasa adalah sebagai alat yang mempermudah hubungan antar individu. Perasaan-perasaan seseorang disampaikan lewat bahasa. Konsep diri yang benar mungkin timbul pada saat bayi sadar bahwa dia punya nama, yang di permudah dengan bahasa. Simbol-simbol bahasa juga membentuk dasar dari konsepsi-konsepsi dan evaluasi-evaluasi tentang diri, misalnya sedang sedih, merasa bahagia.
c) Umpan balik dari orang-orang yang dekat
Teori umpan balik ini dikemukan oleh Cooley sebagai “ the looking glass self yaitu persepsi orang dekat mengenai diri kita (Puspasari, 2007). Orang-orang dekat ini adalah orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan guru-guru. Lazimnya orangtua dianggap sebagai orang terdekat yang mempunyai pengaruh bagi perkembangan konsep diri anak.
d) Praktek-praktek membesarkan anak
Ini berkaitan dengan pola asuh yang dikembangkan orangtua. Menurut Hurlock (1978) pola asuh dapat dimaknai sebagai suatu sistem yang diterima dan dipakai sebagai pedoman oleh orang tua dalam merawat, mendidik, melatih, membantu, dan memimpin anak.
F. Kesimpulan dan Saran yang Diajukan Penulis Serta Implikasinya Pada Penelitian Berikutnya.
Kajian terhadap literatur menunjukkan konsep diri merupakan variabel kompleks yang memiliki beragam faktor, aspek dan dimensi yang mempengaruhi. Konsep diri anak sendiri ditentukan oleh beberapa aspek seperti kemampuan fisik, penampilan fisik, hubungan dengan lawan jenis, hubungan dengan sesama jenis, hubungan dengan orangtua, kemampuan matematika, kemampuan verbal, performansi di sekolah secara umum dan konsep diri secara umum. Penelitian yang ingin mengeksplorasi konsep diri anak diharapkan mempertimbangkan aspek-aspek menurut Shalvelson tersebut. Eksplorasi terhadap konsep diri yang terdapat diri anak akan membantu akan mengembangkan perilaku yang positif dan mudah diterima oleh lingkungannya. Hal tersebut diperlukan oleh semua anak, termasuk pada anak usia dini dengan disabilitas, yang membutuhkan konsep diri yang baik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial mereka (Harry, Bunga, & Kiling, 2015).

Komentar

Postingan Populer