CJR PSIKOLOGI II


BAB I
PENDAHULUAN

            Pada penulisan critical jurnal review ini, saya memilih untuk mengkritik jurnal yang berjudul “Pengembangan Media Video Bimbingan Konseling untuk Mengurangi Perilaku Bullying”. Alasan saya memilih judul ini adalah karena saya sebagai calon seorang guru, saya harus bisa mengatasi masalah bullying ini. Masalah bullying ini sering sekali terjadi di sekolah. Jadi saya ingin mengatasi masalah ini kepada siswa saya nanti.
Sekarang ini berbagai macam masalah tengah melanda dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah kekerasan atau bullying baik oleh guru terhadap siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Bentuk kekerasan ini bukan hanya dalam bentuk fisik saja tetapi juga secara psikologis. Kekerasan dapat terjadi di mana saja, termasuk di sekolah, tempat bermain, di rumah, di jalan, dan di tempat hiburan. Bullying seolah-olah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini. Maraknya aksi kekerasan atau bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah semakin banyak menghiasi deretan berita di halaman media cetak maupun elektronik.
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut marah. Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.


BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal
1.      Judul                    : Pengembangan Media Video Bimbingan Konseling untuk Mengurangi Perilaku Bullying
2.      Penulis                  : 1. Agrianur Rahman
                                                  2. Farida Aryani
                                                  3. Abdullah Sinring
3.      Penerbit                : Universitas Negeri Makassar
4.      Email Penulis        : 1. agrianur_rahman@yahoo.co.id
                                                  2. farayani77@yahoo.com
                                                  3. abdullahsinring@unm.ac.id
5.      Jumlah Halaman             : 9 halaman
6.      Tahun Terbit        : 2018
7.      ISSN                      : 2443-2202
8.      Volume                 : Vol.4 No.2

B. Ringkasan Jurnal
1. Pendahuluan
Data yang dilansir dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2014).
Pelaku memiliki kekuatan yang lebih tinggi sehingga mereka dapat mengatur orang lain yang lebih lemah. Namun tidak menutup kemungkinan bullying dapat dilakukan oleh teman sekelas baik perseorangan maupun kelompok. Berdasarkan penelitian bahwa jika peserta didik menghargai dirinya dengan baik maka ia dapat menghindari dirinya dari dampak tindakan bullying. Peserta didik perlu memahami bahwa pelaku bullying (bully) biasanya ingin melihat targetnya menjadi emosi. Jadi sangat baik jika tetap bersikap tenang dan jangan membuat bully senang karena bisa membuat korbannya marah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti berinisiatif bahwa bullying harus dihentikan setidaknya mengurangi tindakan bullying disekolah karena diketahui bullying memiliki efek negatif terhadap kelangsungan hidup peserta didik, diantaranya di Indonesia ditemui kasus-kasus bullying yang menyebabkan korban terluka bahkan meninggal. Bullying menyebabkan stress pada peserta didik, kurangnya kepercayaan diri, kesepian dan gangguan kecemasan. Bullying mempengaruhi relasi sosial, anak yang merasa ditolak bisa menarik diri dari hubungan sosial yang berakibat mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan. Selain itu, berpengaruh negatif terhadap semangat dan pembelajaran dan prestasi peserta didik.
Guru BK merasa memerlukan alat bantu berupa media video untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah yang kian marak terjadi. Penggunaan media bisa dikatakan jarang dimanfaatkan dalam kelas. Adapun upaya bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK di sekolah untuk mengurangi perilaku bullying adalah melalui layanan informasi
2. Kajian Teori
a. Jenis-jenis Bullying
  1. Kontak fisik langsung
  2. Kontak verbal langsung
  3. Perilaku non-verbal langsung
  4. Perilaku non-verbal tidak langsung
  5. Pelecehan seksual
b. Faktor Penyebab Bullying
  1. Faktor keluarga
  2. Faktor kepribadian
  3. Faktor sekolah 
c. Dampak Penyebab Bullying
  1. Gangguan kesehatan fisik
  2. Menurunnya kesejahteraan psikologis

3. Metode Penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall (Mulyataningsih, 2014: 163-165).
Agar media pengembangan BK ini mengacu pada strategi di atas relevan dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti merumuskan langkah-langkah pengembangan menjadi seperti berikut ini: (1) Riset awal dan pengumpulan informasi (Research and information collection); (2) Perencanaan pengembangan (Planning); (3) Penyusunan format model awal (Develop Preliminary Form of Product); (4) Pengembangan modul awal melalui validasi modul/ahli (Preliminary Field Testing); (5) Revisi model utama (Main Product Revision) / Revisi I; (6) Uji kelompok kecil; (7) Revisi II; (8) Deseminasi dan implementasi .

4. Pembahasan
Bullying adalah tindakan dimana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau mengontrol orang lain dengan cara kekerasan. Bullying tidak hanya dilakukan secara langsung. Namun, bullying juga dapat dilakukan melalui media sosial atau internet yang disebut cyberbullying.
Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam dan lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Faktor lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk bullying yaitu adanya tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam suatu film. Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu mengembangkan kecerdesan emosional anak sejak dini. Sekolah dan pemerintah juga harus bersikap tegas dalam menghadapi bullying.

5. Kesimpulan
Tidak ada anak yang pantas menjadi korban bullying dan anak yang pantas menjadi pelaku bullying. Dalam alasan apapun, bullying tidak dibenarkan dilakukan dalam area sekolah ataupun dimana saja, dalam keadadaan dan situasi apapun. Maka dari itu, stop bullying. Bullying hanya akan mengakibatkan hal-hal negatif terhadap korban dan pelakunya.
Bullying bisa dicegah, ditanggulangi dan diperbaiki menurut cara-cara yang sudah dipaparkan diatas. Hal yang paling penting adalah, kita sebagai calon pengajar ataupun calon orang tua, sedini mungkin menanamkan nilai-nilai moral pada anak agar tidak melakukan hal-hal negative seperti bullying terhadap anak lain. Juga, anak harus dibekali keberania agar berani mengatakan tidak pada tekanan-tekanan negatif yang ia terima.

  
BAB III
PEMBAHASAN


A. Relavansi Antara Topik Jurnal dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
Adapun relavansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian penulis adalah terdapat relavansi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis, dimana pada identitas jurnal tertera Agrianur Rahman, Farida Aryani dan Abdullah Sinring merupakan akademis dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar.

B. Pokok-Pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan
 Pokok-pokok argumentasi penulis di dalam pendahuluan adalah sebagai berikut:
1. Data yang dilansir dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat.
Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2014).
2. Aksi bullying paling tidak melibatkan dua aktor utama yaitu pelaku dan korban
Akan tetapi, banyak situasi menunjukkan bahwa dalam aksi bullying muncul pula warga sekolah yang menyaksikan aksi tersebut yang biasa disebut bystander atau saksi mata, baik secara aktif maupun pasif (Costrie,2009). Terdapat empat jenis peranan bystander dalam aksi bullying yaitu (1) mendukung atau menyoraki, (2) terlibat sebagai pelaku, (3) menyaksikan dengan pasif, (4) melakukan intervensi (Salmivalli dkk., 1996). Bullying juga termasuk prilaku agresif yang mengganggu kenyamanan dan menyakiti orang lain (Kowalski, 2013) Serta Cyberbullying terjadi antara anak-anak; antara orang dewasa; juga di seluruh kelompok usia yang berbeda, (Developed for the Department for Children, 2007). Tentu prilaku ini terjadi disebabkan berbagai faktor yaitu Impulsif (memiliki emosi yang meledak-ledak, dan kurang dapat mengontrol diri (National Center for Injury Prevention and Control, 2011), faktor demografi, yatim piatu, kepemilihan ( (Wang, 2009), lingkungan dan keluarga (Modecki, 2014) (Bakhtiar, 2015). Dampak cyberbullying dan bullying harus mendapat perhatian khsuus karena memberikan dampak yang buru kepada generasipelajar disekolah (Aryani & Bakhtiar, 2018).

C. Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori
a. Jenis-jenis Bullying
  1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain).
  2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,  memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-down), mencela/mengejek , mengintimidasi, mengejek (menyebarkan gosip).
  3. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan,  mengejek atau mengancam. Biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
  4. Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
  5. Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
b. Faktor Penyebab Bullying
  1. Faktor keluarga
Pelaku  bullying  bisa jadi menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya kehangatan kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi membuktikan bahwa perilaku agresif meningkat pada anak yang menyaksikan kekerasan yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
  1. Faktor kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen. Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas, perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka takut jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani. Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka dengan perbuatan mereka, mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka terhadap orang lain.
  1. Faktor sekolah
Tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya perlaku  bullying  di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku  bullying  kerap dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau pengawas terhadap peristiwa bullying adalah hal yang penting karena perilaku bullying  yang tidak ditangani dengan baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu terulang.
c. Dampak Penyebab Bullying
  1. Gangguan kesehatan fisik
Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
  1. Menurunnya kesejahteraan psikologis
Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).

D. Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relavansinya
Jenis penelitian merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall (Mulyataningsih, 2014: 163-165).
Agar media pengembangan BK ini mengacu pada strategi di atas relevan dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti merumuskan langkah-langkah pengembangan menjadi seperti berikut ini: (1) Riset awal dan pengumpulan informasi (Research and information collection); (2) Perencanaan pengembangan (Planning); (3) Penyusunan format model awal (Develop Preliminary Form of Product); (4) Pengembangan modul awal melalui validasi modul/ahli (Preliminary Field Testing); (5) Revisi model utama (Main Product Revision) / Revisi I; (6) Uji kelompok kecil; (7) Revisi II; (8) Deseminasi dan implementasi .

E. Kerangka Berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan
1. Gambaran kebutuhan pengembangan Media Video Bimbingan Konseling Untuk Mengurangi Perilaku Bullying di Sekolah.
Rangkaian kegiatan dalam pengembangan media video bimbingan konseling ini diawali dengan asesmen kebutuhan. Asesmen kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran awal pelaksanaan layanan peminatan di tingkat menengah atas di SMAN 5 Makassar dan khususnya mengenai berbagai kendala yang dialami oleh guru BK terkait layanan informasi untuk mengurangi perilaku bullying siswa di sekolah. Pelaksanaan assesmen kebutuhan dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni dengan melakukan wawancara kepada guru BK dan menyebarkan angket analisis kebutuhan siswa kelas XI untuk mengetahui tingkat perilaku bullying yang terjadi di SMAN 5 makassar.
2. Prototipe media video bimbingan konseling untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah yang valid dan acceptable
Berdasarkan validasi isi media video bimbingan konseling, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa semua aspek atau struktur yang membangun media video dan panduan dinilai oleh para ahli psikologi dan desain teknik yang bertindak sebagai validator, telah memiliki kelayakan konseptual yang memadai. Validasi ahli dilakukan dengan melakukan uji validitas media video yang akan dikembangkan kepada tiga ahli untuk menentukan validitas media video yang mencakup kejelasan, kesesuaian, kelayakan, ketepatan pada pemberian media video bimbingan konseling pada siswa SMAN 5 Makassar.
3. Keberterimaan media video bimbingan konseling untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah
Proses uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui gambaran media video bimbingan konseling untuk mengurangi perilaku bullying siswa di SMA yang telah terkembangkan. Adapun dari pemberian skala bullying siswa sebelum dan sesudah pemberian media video bimbingan konseling diperoleh hasil yakni ada perubahan sikap yang cukup signifikan setelah pemberian media video bimbingan konseling. Hal ini berarti kegiatan layanan dengan menggunakan media video bimbingan konseling dapat digunakan untuk mengurangi perilaku bullying siswa.

 F. Kesimpulan dan Saran yang Diajukan Penulis Serta Implikasinya Pada Penelitian Berikutnya.
Merujuk pada tujuan dan tahap pengembangan, serta hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan: (1) Gambaran kebutuhan media video bimbingan konseling untuk mengurangi perilaku bullying di SMAN 5 Makassar menunjukkan bahwa media video sangat penting dan dibutuhkan; (2) Prototipe media video bimbingan konseling yang dikembangkan telah valid dan acceptable untuk mengurangi perilaku bullying di SMAN 5 Makassar; (3) Keberterimaan media video bimbingan konseling yang diberikan kepada 10 siswa dalam uji kelompok kecil menunjukkan adanya perubahan tingkat perilaku bullying sebelum dan setelah penayangan media video bimbingan konseling. Hal ini berarti media video bimbingan konseling dapat mengurangi perilaku bullying di SMAN 5 Makassar.
Diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat melanjutkan penelitian pengembangan media video bimbingan konseling agar media video dan panduannya dapat digunakan di sekolah. Bagi peneliti yang bermaksud mengembangkan penelitian ini dapat melakukan pengujian terhadap subyek dengan latar belakang dan karakteristik yang berbeda termasuk dalam jumlah subyek yang lebih besar.









Komentar